Perspektif Kemajuan dan Transformasi Kolaboratif

KEMAJUAN “INTUITIVE LINEAR”

Ketika kita berpikir tentang masa depan, kita (pada umumnya} secara intuitif berasumsi bahwa tingkat kemajuan saat ini akan berlanjut untuk periode mendatang.Namun, pertimbangan yang cermat terhadap Laju Teknologi (Technology Progress) menunjukkan bahwa laju kemajuan tidak konstan.

Walaupun demikian, sudah menjadi sifat manusia untuk beradaptasi dengan laju yang berubah, sehingga pandangan intuitifnya adalah bahwa laju tersebut akan berlanjut dengan tingkat kecepatan yang berlaku pada laju saat ini.

Bagi kita yang telah hidup cukup lama untuk mengalami bagaimana kecepatan meningkat dari waktu ke waktu, intuisi kita yang belum teruji memberikan kesan bahwa kemajuan berubah pada tingkat yang kita alami baru-baru ini (beberapa hari/ minggu lalu).

Contoh sederhananya:
Setiap hari ketika kita berdiri di depan cermin, kita melihat bahwa kondisi/ penampilan muka/ tubuh/ berat badan dan lainnya tidak banyak berubah dari hari sebelumnya.
Kemudian, ketika kita bertemu dengan seseorang yang sudah cukup lama kita tidak bertemu muka, reaksi orang tersebut pastinya (pada umumnya) berorientasi pada perubahan fisik yang terjadi pada kita, seperti tambah gemuk atau tambah kurus, kelihatan lebih muda atau lebih dewasa (tua) dan berbagai aspek perubahan fisik lainnya.
Inilah Perspektif Kemajuan yang disebut “Intuitive Linear“.

 

DIGITAL NATIVE VS DIGITAL IMMIGRANT PERSPECTIVES

Hidup adalah Perubahan. Alvin Toffler katakan:Change is the process by which the future invades our lives.

Perubahan adalah proses dimana masa depan menginvasi kehidupan kita (hari ini).Perubahan bukanlah hal baru. Kemajuan selalu menjadi bagian dari kehidupan kita.

Kemajuan harus dapat dilihat sebagai suatu Anugerah. Namun perubahan yang dibawa oleh teknologi digital ke hampir setiap sektor, industri, dan bisnis adalah skala, ruang lingkup, dan laju perubahan yang sangat berbeda. Artinya respon organisasi yang dibutuhkan tidak hanya luas, tetapi dalam dan mendasar.

Kita sedang berada di Era AGILE, dimana perubahan terjadi dengan sangat cepat dan seringkali dalam ukuran/ tingkatan yang besar, bahkan sangat besar.

Dalam lingkungan bisnis/ organisasi kontemporer, kemampuan kita untuk bisa bertahan, tetap eksis bahkan berdaya saing ditentukan oleh kapasitas, kompetensi dan keahlian kita dalam menjadi organisasi yang benar-benar gesit, “Digital Native“, inovatif dan unik dalam solusi yang kita tawarkan ke pasar dengan kemampuan yang baik dalam memberdayakan teknologi digital di berbagai aspek kehidupan organisasi kita.

DIGITAL NATIVE adalah istilah/ predikat yang diberikan kepada generasi yang lahir di atas tahun 80an dan dibesarkan di dalam kehidupan yang sarat dengan interaksi teknologi digital.

Generasi Digital Native sepertinya tidak mengenal kehidupan dunia lain yang tidak memiliki tingkat interaksi digital yang tinggi.

Di sisi lain, sebagian dari kita yang lahir di bawah tahun 80an menjadi DIGITAL IMMGRANTS (Imigran Digital). Ini istilah yang diberikan kepada komunitas Generasi X (dan generasi sebelumnya) yang lahir di Era Analog, tetapi berusaha untuk dapat semaksimal mungkin beradaptasi dengan kemajuan digital.

Teknologi Digital Sudah dan Sedang Menginvasi Kehidupan Kita Hari Ini!

Kemajuan Eksponensial dunia teknologi digital, khususnya di bidang Artificial Intelligence (Kecerdasan Buatan) yang beberapa tahun lalu masih dilirik sebelah mata, telah mengubah tatanan kehidupan bisnis, ekonomi, politik maupun sosial – termasuk kehidupan setiap Orang Percaya.

Dengan salah satu teknologi Kecerdasan Buatan seperti ChatGPT (openai.com) atau Jasper.ai, kita tidak perlu lagi sekolah Teologi untuk menjadi Pendeta, karena teknologi tersebut (dan turunannya) dapat membantu kita dalam menyusun khotbah bahkan sampai Essay dan gambar pendukungnya dalam hitungan detik atau menit tanpa harus berpikir panjang.

GEREJA & LEMBAGA PELAYANAN DALAM DUNIA DIGITAL

REALITANYA: Kita sedang hidup di era Digitally-Empowered World, dunia yang diberdayakan oleh teknologi digital.

Sebagian gereja dan lembaga pelayanan di Indonesia masih hidup dalam kerangka berpikir “Intuitive Linear” – sehingga perubahan besar yang sedang terjadi di dunia tidak atau kurang terasa dampaknya di dalam gereja atau lembaga pelayanan tersebut.

Mungkin karena Gereja dan Lembaga Pelayanan, sama halnya dengan dunia sekuler pada umumnya, sedang berada di tahap transisi generasi kepemimpinan dari Generasi DIGITAL IMMIGRANTS ke Generasi DIGITAL NATIVES, sehingga kepekaan terhadap perubahaan yang besar tersebut tidak terbangun karena minimnya wawasan, pengetahuan dan pengalaman interaksi digital.

Dalam kondisi ini, bukan berarti Gereja/ Lembaga Pelayanan bisa terus hidup dalam “Penyangkalan”, tetapi sebaiknya mulai membuka diri untuk membangun wawasan dan pengetahuan digital untuk mempersiapkan dan membangun proses transisi kepemimpinan yang mulus. Karena dalam kurun waktu kurang dari lima tahun ke depan, GENERASI DIGITAL NATIVE sudah mendominasi populasi kita.

COLLABORATIVE TRANSFORMATION

Konsep Collaborative Transformation saya rumuskan untuk menjadi jembatan bagi terbangunnya proses transformasi yang mulus, yang dapat mengkolaborasikan Generasi DIGITAL IMMIGRANTS dan DIGITAL NATIVES dalam berbagai bentuk Program Kerja yang Progressive dan Agile.

Konsep COLLABORATIVE TRANSFORMATION juga menerapkan pendekatan Adopsi & Adaptasi Teknologi Digital dalam skala terukur tetapi tetap dapat menghasilkan dampak yang signifikan. Biasanya kita mulai dengan Program Data-Driven Transformation, yaitu program pembangunan database gereja (seperti data pelayan) yang dibangun secara kolaboratif & partisipatif dengan melibatkan setiap Pemangku Kepentingan dan Data Owner, yang adalah para pelayan tersebut.

Sambil membangun Database, kita juga menjalankan proses Manajemen Perubahan melalui adopsi dan adaptasi teknologi digital secara bertahap tetapi dalam kurun waktu singkat per tahapnya.

DATA ADALAH KEKUATAN BARU DUNIA POLITIK, SOSIAL, EKONOMI DAN PELAYANAN.

Kekuatan tersebut dapat dibangun dengan cepat oleh Gereja ketika Gereja memiliki Konsep, Strategi dan Program yang tepat.Yang diperlukan hari ini adalah Kemauan dan Keberanian para Pemimpin Gereja dan Lembaga Pelayanan untuk mau bertansformasi supaya tidak ketinggalan gerbong perubahan….

Scroll to Top